Kisah 7 Sumur Legenda di Depok : Sebar Islam Lewat Berkebun, Sumber Air Melimpah
Lepas siang hari, M. Satiri menikmati kesendiriannya di
ruangan kecil. Tubuhnya dibiarkan menyandar ke dinding. Semilir angin menerpa
tubuhnya ringan.
Sejenak ia melawan matanya yang sudah mulai kantuk. Dia
berdiri, keluar ruangan 4×2 meter. Membersihkan dedaunan yang rontok. Satiri
adalah salah satu pengurus ketiga Sumur Tunggal.
Barang tentu dia paham betul soal 7 Sumur Beji. Kisah ini
tak bisa lepas dari sosok Mbah Raden Ujud Beji, seorang penyebar Islam di Beji.
Mbah Raden Ujud Beji menyebarkan Islam dengan bercocok
tanam, berkebun dan lainnya di wilayah Beji. Dia juga melawan penjajah Belanda.
Titik kumpulnya di Padepokan Beringin Kurun Mbah Raden Ujud Beji. Tempat
berkumpulnya para Aulia (pejuang) untuk memberantas kolonial Belanda.
Sebetulnya Mbah Raden Ujud Beji itu sebuah julukan dan
cikal bakal terbentuknya Kampung Beji. “Dulunya wilayah itu Citayam, Cilebut,
Pondok Cina itu gada masih menyatu dengan sebutan Kampung Beji. Dengan satu
kecamatan yang namanya Beji Namun sekarang-sekarang ini terpecah menjadi
beberapa bagian seperti Citayam, Cilebut, Pondok Cina, Kukusan,” ungkapnya
Satiri juga menceritakan tentang cikal bakal terbentuknya
7 sumur ini. Sewaktu lampau terjadi kemarau panjang dan beliau (Mbah Raden Ujud
Beji) meminta untuk dikeluarkannya sumber mata air kepada Allah SWT dengan
menitikannya di tujuh titik.
Dari tujuh titik yang ditandai, tidak ada yang keluar
satu pun dan dia kembali ke titik pertama, dan Alhamdulillah keluar dan menjadi
salah satu sumber mata air. Sumur sumber mata air ini yang biasa disebut dengan
sumur tunggal. Sumur ini tidak bisa dikuras karena salah satu sumber air yang
melimpah.
“Saya sendiri sudah pernah untuk mencoba menguras sumur
tunggal ini dan hasilnya nihil, padahal sumur kedua dan ketujuh bisa untuk
dikuras namun sumur tunggal ini berbeda sebab salah satu sumber mata air”
tuturnya
Sumur tunggal atau sumur pertama ini juga biasa disebut
dengan air karomah. Air yang mengandung doa-doa karena setiap harinya M satiri
mendoakan mata air tersebut yang airnya keluar dari dasar bumi untuk menjadi
berkah bagi orang yang berkunjung kesana. Mata air ini juga biasa dipakai untuk
pengobatan, siraman pengantin, dan dapat diminum.
Sumur kedua biasa dibilang air kedigjayaan yang mana dulu
dipakai mandi dan berwudhu sebelum melawan belanda. Sumur ketiga bisa dibilang
air kahuripan/pengasihan yang dulunya berguna untuk para wanita jaman dahulu
menjadi mata-mata Indonesia di kompeni Belanda.
Sumur keempat yaitu bisa dibilang sumur perkara yang
dulunya dipakai untuk tentara indonesia berendam yang mempunyai konflik akan
selesai
Sumur kelima memiliki hubungan dengan sumur keenam dan
ketujuh karena berdekatan. Sumur kelima bisa dibilang air suci karena dipakai
untuk berwudhu setelah mandi di sumur ke-6 dan sumur ke-7 biasa dipakai untuk
mencuci dan bisa dibilang air anugerah
Sumur ini sekarang juga masih tetap beroperasional dan
banyak para pengunjung yang mampir untuk mandi di sana karena dipercaya bisa
memberikan kesembuhan serta keinginannya di ijabah
Komentar
Posting Komentar